Album format vinyl Superman Is Dead berisi delapan lagu terbaik dan hanya dijual seribu keping.
Tidak banyak musisi atau band di Indonesia yang berani merilis album dalam format vinyl atau piringan hitam di masa sekarang.
Faktor penjualan fisik album yang melorot akibat
maraknya pembajakan, kebanyakan musisi Indonesia memilih untuk melepas
single dan memasarkannya lewat nada dering pribadi.
Selain itu format piringan hitam
juga dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak banyak orang yang
memiliki perangkat pemutar cakram vinyl.
Tetapi bagi Superman Is Dead, S.I.D sebuah band
asal Bali hal itu bukan menjadi halangan. Di usianya yang ke 17 tahun,
band yang terdiri dari Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx ini justru nekat
merilis album dalam format vinyl.
Jerinx, drummer S.I.D, saat dihubungi BBC
mengatakan bahwa album vinyl ini sebagai persembahan yang berbeda dari
arus utama industri musik Indonesia dan dijual secara terbatas.
''Daripada kita bikin album the best of dalam bentuk CD,
which is very
biasa banget di Indonesia, kalau rilis album formatnya CD, kenapa kita
tidak merilis album the best formatnya vinyl, dan diproduksi cuma
seribu,'' kata Jerinx.
Jerinx mengaku beruntung ide pembuatan album
vinyl ini didukung oleh Sony Music Indonesia selaku perusahaan rekaman
yang menaungi mereka.
''Label kita Sony, mungkin mereka lagi gila ...
Jadi sebenarnya pertama kali ide ini diajukan, kita sebenarnya tidak
begitu yakin akan diterima, karena idenya diluar kecenderungan bisnis di
Indonesia.''
''Mungkin mereka - Sony - juga punya prediksi
akan tren lagi kedepan, kita cuma mengajukan ide kalau Sony tidak bisa
merealisasikan maka kami tidak terlalu ngotot karena itu proyek
idealis''.
Album vinyl S.I.D yang diberi judul The Early
Years, Blood, Sweat and Tears ini berisi delapan lagu terbaik Superman
Is Dead sepanjang tahun 1997 hingga 2009. Diantaranya adalah Kuta Rock
City, Bukan Pahlawan dan Old World.
Buku sejarah
"Pertama
kali ide ini diajukan, kita sebenarnya tidak begitu yakin akan
diterima, karena idenya diluar kecenderungan bisnis di Indonesia."
Meski tidak ada aransemen ulang dalam album
vinyl ini, tetapi dengan format piringan hitam saja sudah bisa menjadi
pembeda kata Jerinx.
''S.I.D dari dulu memang dikenal senang hal yang tidak ikut arus utama, berbeda, berkarakter dan ada sentuhan
vintage''.
Jerinx menambahkan kalau dirinya memang lebih
suka suara yang dikeluarkan piringan hitam, ''pengennya sih semua album
kita terdengar seperti keluar dari cakram vinyl, karena lebih tebal,
lebih hangat suaranya. Kemarin kita pas dengar album ini beda, lebih
berkarisma, kesan kunonya lebih dapat''.
Selain itu, kemasan album ini juga dilengkapi
dengan buku 3 dimensi yang berisi rangkaian foto sejarah perjalanan
Superman Is Dead sejak pertama dibentuk tahun 1995.
''Isinya foto kita dari awalnya jelek, jadi ganteng, sampai jelek lagi ...'' canda Jerinx.
Jerinx menambahkan bahwa kumpulan foto tersebut seperti buku sejarah yang menceritakan karir Superman Is Dead.
Hingga saat ini animo pembeli disebut Jerink cukup baik dengan ratusan orang yang memesannya.
''Ada yang bukan penggemar S.I.D tetapi ikut
memesan karena dia kolektor piringan hitam,'' ucap Jerinx yang mengakui
bahwa album piringan hitam ini juga ditujukan bagi para kolektor vinyl
di Indonesia.
Tetap di Bali
Sejak awal berdiri S.I.D tidak pernah mau pindah ke Jakarta seperti sejumlah band lainnya.
Superman Is Dead merupakan band punk rock asal
Bali yang merilis tiga album pertama - Case 15, Superman is Dead, dan
Bad Bad Bad - secara independen sebelum akhirnya dikontrak Sony BMG
tahun 2003.
Bersama Sony, S.I.D telah merilis album empat
album, Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2005), Black Market
Love (2006) dan Angels & the Outsiders (2009).
Pada tahun 2003 S.I.D berhasil meraih
penghargaan Artist Pendatang Baru Terbaik di MTV Awards dan Anugerah
Musik Indonesia, AMI Awards. Mereka juga mendapat nominasi Album Rock
Terbaik pada penghargaan AMI Awards 2006.
Superman Is Dead juga menjadi salah satu dari
sedikit band Indonesia yang bisa tour di Australia selama 33 hari di
delapan kota, dan di Amerika Serikat, S.I.D menggelar 16 pertunjukan di
16 kota.
Meski mereguk sukses di jalur indie dan arus
utama industri musik Indonesia, tetapi S.I.D mengaku enggan untuk hijrah
ke Jakarta.
''Jangan pindah ke Jakarta, yang menjadikan S.I.D adalah Bali,'' kata Jerinx ketika ditanya rahasia kesuksesan Superman Is Dead.
''Kalau kita pindah ke sana (Jakarta) otomatis
akan jadi band industrialis nanti, karena tinggal di ibukota mengejar
karir segala macam.''
''Banyak yang menyarankan untuk pindah ke sana,
tidak tahu juga karena tidak pernah coba, bisa jadi kalau pindah kesana
bisa empat kali lebih besar dari sekarang, atau mungkin mati.''
''Apa yang membuat S.I.D seperti sekarang karena kami tinggal di pulau, Bali,'' tegas Jerinx.
Secara bergurau Jerinx mengaku harus 'baku hantam' untuk bisa mempertahankan idealisme meski berada di naungan
major label.
Selain merilis album vinyl, S.I.D juga ikut
serta dalam kompilasi lagu anak karya A.T. Mahmud dengan membawakan lagu
Aku Anak Indonesia.