Terbaru 16 Maret 2012 - 17:16 WIB
Tidak banyak musisi atau band di Indonesia yang berani merilis album dalam format vinyl atau piringan hitam di masa sekarang.
Faktor penjualan fisik album yang melorot akibat
maraknya pembajakan, kebanyakan musisi Indonesia memilih untuk melepas
single dan memasarkannya lewat nada dering pribadi.Tetapi bagi Superman Is Dead, S.I.D sebuah band asal Bali hal itu bukan menjadi halangan. Di usianya yang ke 17 tahun, band yang terdiri dari Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx ini justru nekat merilis album dalam format vinyl.
Jerinx, drummer S.I.D, saat dihubungi BBC mengatakan bahwa album vinyl ini sebagai persembahan yang berbeda dari arus utama industri musik Indonesia dan dijual secara terbatas.
''Daripada kita bikin album the best of dalam bentuk CD, which is very biasa banget di Indonesia, kalau rilis album formatnya CD, kenapa kita tidak merilis album the best formatnya vinyl, dan diproduksi cuma seribu,'' kata Jerinx.
Jerinx mengaku beruntung ide pembuatan album vinyl ini didukung oleh Sony Music Indonesia selaku perusahaan rekaman yang menaungi mereka.
''Label kita Sony, mungkin mereka lagi gila ... Jadi sebenarnya pertama kali ide ini diajukan, kita sebenarnya tidak begitu yakin akan diterima, karena idenya diluar kecenderungan bisnis di Indonesia.''
''Mungkin mereka - Sony - juga punya prediksi akan tren lagi kedepan, kita cuma mengajukan ide kalau Sony tidak bisa merealisasikan maka kami tidak terlalu ngotot karena itu proyek idealis''.
Album vinyl S.I.D yang diberi judul The Early Years, Blood, Sweat and Tears ini berisi delapan lagu terbaik Superman Is Dead sepanjang tahun 1997 hingga 2009. Diantaranya adalah Kuta Rock City, Bukan Pahlawan dan Old World.
Buku sejarah
"Pertama kali ide ini diajukan, kita sebenarnya tidak begitu yakin akan diterima, karena idenya diluar kecenderungan bisnis di Indonesia."
''S.I.D dari dulu memang dikenal senang hal yang tidak ikut arus utama, berbeda, berkarakter dan ada sentuhan vintage''.
Jerinx menambahkan kalau dirinya memang lebih suka suara yang dikeluarkan piringan hitam, ''pengennya sih semua album kita terdengar seperti keluar dari cakram vinyl, karena lebih tebal, lebih hangat suaranya. Kemarin kita pas dengar album ini beda, lebih berkarisma, kesan kunonya lebih dapat''.
Selain itu, kemasan album ini juga dilengkapi dengan buku 3 dimensi yang berisi rangkaian foto sejarah perjalanan Superman Is Dead sejak pertama dibentuk tahun 1995.
''Isinya foto kita dari awalnya jelek, jadi ganteng, sampai jelek lagi ...'' canda Jerinx.
Jerinx menambahkan bahwa kumpulan foto tersebut seperti buku sejarah yang menceritakan karir Superman Is Dead.
Hingga saat ini animo pembeli disebut Jerink cukup baik dengan ratusan orang yang memesannya.
''Ada yang bukan penggemar S.I.D tetapi ikut memesan karena dia kolektor piringan hitam,'' ucap Jerinx yang mengakui bahwa album piringan hitam ini juga ditujukan bagi para kolektor vinyl di Indonesia.
Tetap di Bali
Bersama Sony, S.I.D telah merilis album empat album, Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2005), Black Market Love (2006) dan Angels & the Outsiders (2009).
Pada tahun 2003 S.I.D berhasil meraih penghargaan Artist Pendatang Baru Terbaik di MTV Awards dan Anugerah Musik Indonesia, AMI Awards. Mereka juga mendapat nominasi Album Rock Terbaik pada penghargaan AMI Awards 2006.
Superman Is Dead juga menjadi salah satu dari sedikit band Indonesia yang bisa tour di Australia selama 33 hari di delapan kota, dan di Amerika Serikat, S.I.D menggelar 16 pertunjukan di 16 kota.
Meski mereguk sukses di jalur indie dan arus utama industri musik Indonesia, tetapi S.I.D mengaku enggan untuk hijrah ke Jakarta.
''Jangan pindah ke Jakarta, yang menjadikan S.I.D adalah Bali,'' kata Jerinx ketika ditanya rahasia kesuksesan Superman Is Dead.
''Kalau kita pindah ke sana (Jakarta) otomatis akan jadi band industrialis nanti, karena tinggal di ibukota mengejar karir segala macam.''
''Banyak yang menyarankan untuk pindah ke sana, tidak tahu juga karena tidak pernah coba, bisa jadi kalau pindah kesana bisa empat kali lebih besar dari sekarang, atau mungkin mati.''
''Apa yang membuat S.I.D seperti sekarang karena kami tinggal di pulau, Bali,'' tegas Jerinx.
Secara bergurau Jerinx mengaku harus 'baku hantam' untuk bisa mempertahankan idealisme meski berada di naungan major label.
Selain merilis album vinyl, S.I.D juga ikut serta dalam kompilasi lagu anak karya A.T. Mahmud dengan membawakan lagu Aku Anak Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar